iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Mempersepsi Tubuh Manusia

mempersepsi tubuh
6. Mempersepsi Fenomena Tubuh Manusia

Mempersepsi fenomena tubuh manusia artinya bahwa pengalaman kita akan dunia, baik subyektif ataupun obyektif, bukanlah melulu terkait dengan pikiran dan kesadaran saja, tetapi juga dengan tubuh.

Kita merasa sakit pertama-tama dengan tubuh kita, baru pikiran kita kemudian mendefinisikannya. 

Di sini, pikiran, tubuh dan realitas, yakni rasa sakit atau rasa nimmat saling tumpang tindih dan tak terpisahkan.

Begitu pula ketika kita melihat sesuatu. Kita melihat dengan mata, tetapi pikiranlah yang menangkap sensasi warna dan bentuk. Di titik ini pikiran, tubuh, yakni organ mata, dan realitas saling jalin menjalin. 

Bila orang mempersepsi G-Spot melulu sebagai noktah-noktah kepuasan seksual, maka itu berarti akan mengarahkan seluruh kedirian kita pada usaha mencari kenikmatan (seksual) belaka. Mengapa ? 

Relasi antara tubuh dan persepsi bukanlah relasi sebab akibat. Tubuh tidak mengakibatkan persepsi, ataupun sebaliknya. Setiap orang memiliki pengetahuan prareflektif di dalam diri mereka. 
  1. Pengetahuan pra reflektif adalah pengetahuan yang muncul dari pengalaman langsung, dan tidak diolah dulu menjadi sebuah konsep. 
  2. Pengetahuan reflektif ini muncul melalui persentuhan tubuh dengan dunia. Jadi pengetahuan ini tidak muncul sebagai akibat dari persentuhan, tetapi bersamaan dengan persentuhan itu. 
Persepsi adalah suatu fenomena menubuh manusia. Oleh karena itu persepsi tidaklah dapat dimengerti terlepas dari tubuh manusia yang material dan bersentuhan langsung dengan dunia.

Persepsi tidaklah ditentukan oleh tubuh, melainkan bersamaan dengan tubuh menyentuh dunia. Maka persepsi tidaklah bisa dilepaskan dari tubuh. Struktur persepsi adalah struktur dari tubuh. “Tubuhku”, demikian tulis Merleau-Ponty, “adalah sudut pandangku kepada dunia.”[12] 

Tubuh adalah medium kita menyentuh dan berhubungan dengan dunia. Tubuh adalah sudut pandang kita dalam melihat dunia. Tubuh bukanlah suatu obyek, melainkan subyek yang bertujuan. 

“Tubuhku, tidaklah dapat dimengerti secara sederhana sebagai gumpalan dari dunia material yang duduk dalam relasi dekat dengan pikiranku.”[13] Tubuh dan dunia memang tampak tidak terpisahkan, karena setiap orang mengalami dunia melalui tubuhnya.
_____
[12] Taylor Carman, Merleau-Ponty, Oxon, Routledge, 2008. hal. 81 


The Power of G-Spot
1     2     3     4     5     6     7


Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.