iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Aktualisasi Ajaran Yohanes dari Salib

Aktualisasi Ajaran Yohanes dari Salib
Tulisan ini mencermati secara mendalam tentang pandangan dari St. Yohanes dari Salib. Dengan demikian permenungan ini diawali dari kisah hidup dan ajaran dari orang kudus Gereja ini. 

Kisah hidup Yohanes dari Salib bagaikan suatu perjalanan yang kaya dengan pengalaman dan peristiwa. Ada yang tragis ada pula yang menggembirakan. Banyak kejadian dalam hidupnya ditandai dengan tindakan dan sikap, yang radikal. 

Pengalaman hidup rohaninya mendalam dan menonjol. Itulah hidup Yohanes dari Salib, seorang Karmelit, tokoh pembaharu, mistikus, pembimbing rohani, sekaligus seorang "raja jalanan" yang tidak kenal lelah. 

Perjalanan hidupnya termasuk singkat. Lahir 1542 di Fontiveros dan meninggal di Ubeda 14 Desember 1591. Walaupun singkat namun masa hidup itu telah membuahkan kebesaran jiwa dan kesucian yang menjadi contoh bagi banyak orang.


05. AKTUALISASI AJARAN YOHANES DARI SALIB BAGI KITA

Yohanes berasal dari satu jaman yang lain dengan latar belakang budaya dan kehidupan keagamaan yang berbeda dari apa yang ada dan berkembang dalam jaman kita sekarang ini. Sebagian besar dari tulisan dan ajaran Yohanes diberikan dalam rangka tugasnya sebagai pembimbing rohani para religius (biarawan/wati).

Ini tentu saja berbeda halnya kalau dia berbicara kepada kaum awam, meskipun kedua kelompok ini mempunyai dasar panggilan yang sama karena pembaptisan mereka. Walaupun demikian apa yang diajarkan Yohanes berkenaan dengan apa yang merupakan dasar dan tujuan kita sebagai orang kristiani.

Contoh hidup dan ajarannya yang bernada "tegas", menantang kita untuk melihat tujuan hidup kita dan mengambil sikap dalam perjalanan hidup sebagai orang kristiani.

Beberapa pokok aktual dapat kita lihat di bawah ini :

1. Kesempurnaan Kristiani

Semua orang yang telah dibaptis dipanggil kepada kesempurnaan. Itulah panggilan kristiani, untik menjadi sempurna seperti Bapa di surga sempurna adanya (Mat 5:8) karena pembaptisan kita menerima Roh Allah di dalam diri kita. Roh itu menjadikan kita suci dan ikut mengambil. bagian dalam kehidupan ilahi. 

Dia mengarahkan dan mendorong kita untuk merindukan persatuan dengan Allah. Panggilan orang kristiani adalah untuk mencapai kepenuhan hidup ilahi itu dalam Allah. Maka semua orang kristiani bagaimanapun status atau corak hidupnya, dipanggil untuk mencapai kepenuhan hidup kristiani dan kesempurnaan cinta kasih (LG 40). 

Panggilan ini universal tertuju kepada kepenuhan hidup Allah dan dalam cinta kasih. Yohanes melalui ajarannya menunjukkan kepada kita, apa yang merupakan cita-cita kita, yakni kesempurnaan dalam persatuan dengan Allah. Kerinduan akan persatuan dengan Allah adalah pengalaman jiwa yang nyata. Manusia harus memberi perhatian kepada kenyataan ini. 

Dalam diri manusia ada hasrat dan kerinduan untuk pengalaman ilahi yang membawa "kepenuhan diri manusia". Itulah akibat kehadiran Roh yang membawa kepada kepenuhan hidup Allah dalam diri manusia.. Manusia yang merindukan persatuan dengan Allah memberikan diri pada Roh agar diilahikan olehNya.

Yohanes menggunakan istilah "transformasi" untuk menggambarkan suatu perubah‑an yang mendalarn pada jiwa berkat karya Allah. Jiwa memiliki kwalitas ilahi karena Roh sendirilah yang menghidupi dan menguasai jiwa (bdk. 1 Kor 6:17). 

Persatuan ini adalah persatuan dalam cinta. Karena kita semua telah menerima Roh itu dalam diri kita, kita. perlu mendengarkan seruan dan dorongan Roh dalam diri kita. Dengan demikian kitapun akan terdorong untuk memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan kesempurnaan dalam diri kita. 

Rohlah yang akan membimbing kita dan Dia pulalah yang akan menopang kelemahan kita. Lagi pula Allah tidak memanggil kita kepada kesempurnaan dengan mengangkatnya sekali jadi,tetapi melalui- tahap demi tahap. Ada proses. Setiap orang mempunyai pengalaman dan rithme hidup rohaninya sendiri. 

Allah menggunakannya menurut caraNya. Allah menggerakkan jiwa mulai dari awal, dari bawah sampai pada puncak kesempurnaan sesuai dengan keberadaan jiwa. Ada yang cepat ada pula yang lambat, dilaksanakan menurut apa yang baik bagi Allah (2 MGK 17,3). Sedikit demi sedikit manusia mengalami pengilahian dirinya, melalui kelepasan dari segala yang bertentangan dengan Allah.

Yohanes menggambarkan kesempurnaan itu pada puncak perjalanan. Bagaikan mendaki gunung jiwa harus mengalami perjuangan dan tahapan perjalanan yang tidak mullah. Ada tantangan, ada malam dan kegelapan dalam perjalanan dan jiwa ditantang untuk harus selalu berpegang hanya pada "iman akan cinta Allah" yang menopang dia hingga sampai di puncak. Persatuan barn terjadi pada puncak. 

Melalui tahapan‑tahapan jiwa mengalami proses pemurnian dan pada akhirnya pada puncak jiwa hanya mengalami Allah dan cintaNya. Jiwa berada dalam kuasa cinta. Bagaikan mendaki gunung Yohanes juga memberikan resepnya,' bagaimana harus memulai perjalanan. 

Untuk mulai perjalanan perlu ada kesadaran dasar tentang dua realitas yang berbeda yakni Allah dan manusia. Allah di satu pihak sebagai Pencipta dan manusia di lain pihak sebagai ciptaan. Manusia seluruhnya tergantung pada Allah dan karenanya perlu terbuka pada kebenaran Allah. Di samping itu perlu ada kesadaran yang konstant. tentang dependensi manusia pada cinta Allah. 

Kesadaran akan cinta Allah ini merupakan langkah awal untuk percaya pada cintanya dan dikuatkan olehnya, meskipun harus mengalami malam dan kegelapan di dalam perjalanan. Demikian perjalanan dimulai dalam cinta dan berakhir juga dalam cinta yang *menyempurnakannya.


2. Doa dan Kontemplasi

Selain menjadi pembimbing rohani Yohanes adalah seorang pendoa. Banyak waktu dalam hidupnya dilewatinya dalam doa. Memang dia giat dalam pembaharuan namun dia tidak merupakan aspek doa dalam kehidupan sehari-hari. Dia menjaga harmoni hidup antara kegiatan dan doa. 

Bagi Yohanes seluruh Perjalanan rohani menuju kesempurnaan ditandai dengan doa. Mulai awal perjalanan jiwa yang mencari Allah masuk dalam doa, pada pertengahan, jiwa yang mengalami bertahan dalam doa, dan pada puncak iiwa tenaaelam dalam tinqkatan doa yang paling tinggi yakni kontemplasi. Doa merupakan disiplin diri yang perlu dalam perjalanan kesempurnaan yang diajarkan Yohanes. 

Kontemplasi merupakan pengalaman lanjut dari doa. Kontemplasi adalah pgnqajaman jiwa dimana jiwa mengalami kehadiran Allah dalam dirinva. Itu merupakan anugerah Allah (infusio). Allah memurnikan jiwa dan menjadikannya layak untuk mengalami keilahian dalam dirinyaAda pengalaman, kontemplasi awal dimana jiwa yang sudah dimurnikan lewat - malam indrawi mengalami persatuan dengan Allah. 

Ada pula pengalaman kontemplasi dalam tingkat lebih tinggi dimana jiwa dimurnikan secara rohani, dalam penghayatan iman harap dan kasih, dimana jiwa mengalami komunikasi diri Allah secara penuh dan hanya berada dalam cinta Allah. 

Bagi Yohanes, panggilan kepada kesempurnaan mewajibkan kita untuk berdoa. Jiwa yang rindu akan Allah akan mulai dengan berdoa. Bagi pemula dalam perjalanan jiwa akan berdoa dengan cara yang biasa. Mungkin dengan doa lisan, mungkin pula dengan meditasi. 

Semua cara berdoa itu mempersiapkan jiwa untuk masuk dalam dunia ilahi. Dengan berdoa jiwa dibiasakan dengan "dunia lain" – dengan hal-hal yang berasal dari Allah. Dengan berdoa jiwa masuk dalam perjalanan iman, dimana jiwa dipimpin oleh iman sendiri masuk dalam hal-hal yang ilahi.

Kita perlu berdoa. Dengan berdoa kita masuk dalam bimbingan Roh yang berdoa siting dan malam dalam diri kita. sebagai orang kristiani kita harus berdoa dan merindukan persatuan dengan Allah. Doalah ungkapan kerinduan itu. 

Kita dapat berdoa dengan pelbagai cara namun semuanya itu hanyalah bentuk dan cara, sarana untuk mendekatkan kita dengan Allah. Pada waktunya kita harus berani meninggalkan segala sarana untuk dapat masuk dalam dunia ilahi, dunia Allah sendiri. 

Dalam kontemplasi jiwa tidak lagi mengenaI bentuk-bentuk doa. Yang ada hanya satu, dalam cinta mengalami Allah yang terus-menerus memberikan diriNya bagi jiwa. Kita merindukan pengalaman itu, namun hal itu bukanlah hasil usaha dan perjuangan kita., Itu meluluh anugerah dari Allah sendiri. 

Dalam hal ini doa membantu jiwa untuk masuk dalam tahap kontemplasi, di mana jiwa ma'mpu untuk menerima komunikasi diri Allah sepenuhnya kepadanya. Doa tidak sama persis dengan kontemplasi. Dia adalah awal kontemplasi. Doa mempersiapkan jiwa untuk masuk dalam kontemplasi.


3. Askese

Istilah askese semula berarti latihan atau training. Dalam hidup rohani hal ini dikaitkan dengan latihanrohani sebagai sarana dan metode disiplin diri dalam menghadapi dunia luar atau di dalam diri sendiri. Hal ini dilakukan dalam wujud matiraga, pantang, ugahari dan sebagainya, sebagai tindakan luar yang membantu pengembangan hidup rohani. 

Dalam hidup kristiani askese merupakan tindakan yang harus dijalankan untuk mencapai kesempurnaan. Tindakan ini dikaitkan dengan hubungan seorang beriman dengan Kristus yang harus mengikuti dan menyatukan diri denganNya bagai anggota tubuh dengan kepalanya (1 Kor 12). 

Hubungan Kristus dengan muridnya mempunyai makna askesis yakni penyangkalan diri. Semua yang. dipanggil 'untuk mengikuti Kristus harus mengorbankan diri, melepcaskan ikatan keluarga dan memberikan prioritas pada Allah dan kerajaanNya (Mrk 8,34-35). 

Segi askesis itu nampak pula dalam sikap kerendahan hati seorang murid yang mempercayakan kekuatan dan kebahagiannya pada Allah (Luk 6:20). Bagi Paulus hidup kristiani membutuhkan askese untuk dapat mencapai kesempurnaan. 

Sebab karunia keselamatan itu tidak lain dari pada transformasi manusia dalam keserupaan dan gambaran Putera Allah karena karya Roh (bdk. 2 Kor 3:18). Bagi kita askese merupakan suatu konsekwensi dari panggilan kita kepada kesempurnaan.

Untuk dapat mencapai kesempurnaan itu Yohanes menunjukkan apa yang menjadi sarana dan metodenya i.e. kelepasan radikal dari segala ciptaan agar jiwa bebas dari segala keterikatan dan terarah pada Allah. 

Yohanes memberikan tekanan pada penyangkalan diri dan purifikasi indrawi dan rohani. Hal ini memberi kesan "dia tidak mau apa-apa". Ini membuat dirinya tidak disenangi atau tidak diterima. Dia hanya mengenal motto "beginilah seharusnya" – "take it or leave it". 

Cita-cita untuk mengikuti Injil secara radikal membuat Yohanes tidak mau membelok kekiri atau kekanan, tidak mengenal kompromi. Tuntutannya banyak sebab cita-citanya luhur todo y nada

Tentang tuntutan ini St.Teresa dari Avila menulis: "Ya Tuhan, jika memang demikian Engkau menuntut dari setiap pengikutMu, tidak heran berapa banyak yang dapat melaksanakannya ?" 

Meskipun demikian yang menjadi persoalan pokok bagi Yohanes bukanlah matiraga atau penyangkalan diri melainkan soal "cinta". Perlu ada cinta–Yang konstant akan Allah. Kesadaran akan cinta Allah kepada manusia merupakan langkah awal untuk bertahan dalam penderitaan dan kesulitan. 

Proses pemurnian dalam bentuk kelepasan dari segala ikatan harus dilaksanakan dalam semangat cinta akan Allah. Untuk itu manusia perlu disiplin diri :
  • Disiplin indra – menjaga kontak indrawi dengan dunia demi kontemplasi. Untuk itu kecenderungan untuk terlekat pada dunia harus dilepas dan diarahkan pada Allah, dengan berusaha meniru teladan Kristus menyesuaikan diri dengan kehendak Allah. 
  • Disiplin Iman, harap dan kasih – kegiatan iman, harap dan kasih yang sering dikuasai oleh daya kan, agar hanya mengimani, berharap dan mengasihi yang berasal dari Allah dan membawa kepada persatuan dengan Allah. 
  • Disiplin doa – perlu ada doa, keterbukaan dan kerinduan akan Allah. Seluruh pribadi harus berjalan secara harmonis. Untuk itu perlu doa. Doa menyiapkan jiwa agar Roh secara langsung dapat menyentuh jiwa dan manyatukan diri dengan jiwa dalam cinta. 
Doa membuka diri agar jiwa dapat masuk dalam kontemplasi, dalam hadirat kuasa cinta Allah, Yohanes sendiri menyadari, ini bukan ajaran yang mullah. Karena itu perlu bahwa manusia merenungkan dan berusaha menghayati hidup Kristus. 

Dalam hidup Kristus orang akan menemukan salib sebagai tanda penyerahan diri sekaligus tanda cinta Kristus. Dengan demikian orang dapat mengerti panggilan Kristus untuk mengikuti dan memanggul salibnya.


Refleksi

Demikian sedikit gambaran dan uraian tentang hidup dan ajaran St.Yohanes dari Salib. Dia adalah seorang santo. Contoh hidup dan ajarannya memberikan gambaran ideal bagi kita untuk mengejar cita-cita kita sebagai orang kristiani yakni kesempurnaan dalam Kristus. 

Ajarannya bagus tetapi mungkin berat bagi kita. Namun yang penting bagi kita adalah kesadaran bahwa kita tidak berjalan sendiri. Yohanes mengingatkan kita bahwa jalan menuju kesempurnaan adalah suatu perjalanan bersama Allah. Suatu perjalanan iman. 

Rohlah yang menggerakkan kita. Bila kita mencoba hidup dalam bimbingan Roh kita akan mengalami kuasa cinta Allah yang membimbing kita, sedikit demi sedikit kita bertumbuh dalam cinta akan Allah, dan lama kelamaan kita dijadikan layak untuk Allah sendiri. 

Ada malam, ada kegelapan, ada salib, namun bagi jiwa yang mencintai Allah semua itu dialami dengan penuh penyerahan diri dan semangat cinta. Baik dengan hidup maupun ajarannya Yohanes mau mengajarkan kepada kita untuk hidup "dalam kuasa cinta”. > Baca Dari Awal!

*Bacaan:

  1. F. Pinardi O'Carm [05 Januari 2003]
  2. Kieran Kavanaugh OCD., The Collected Works of StJohn of the Cross, ICS Publications, Washington DC, 1973.
  3. Andres R.Luevano, Endless Transforming Love, lnst.Carm., Roma, 1990.
  4. Doohan Leonard, The Contemporary Challenge of John of the Cross, An Introduction to His Life and Teaching, ICS Publications, Washington DC, 1995.
  5. Venard John OCD., The Ascent of Mount Carmel and The Dark Night, Claretian Pub.,Quezon City, Philippines, 1986


Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.