iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Hilangnya Ruang Publik dan Terbentuknya Hyperreality

Hilangnya Ruang Publik dan Terbentuknya HyperrealityBagi Baudrillard, dunia dewasa ini tidak ada lagi adegan cermin, yang ada hanyalah layar dan jaringan. Periode produksi dan konsumsi telah membanjiri jalanan.

Manusia abad kontemporer hidup dalam ekstasi komunikasi yang karut marut, seiring dengan lenyapnya ruang privat. Ruang publik pun tak lagi menjadi tontonan dan ruang privat pun tak lagi menjadi rahasia.

Hapusnya perbedaan antara bagian dalam dan bagian luar, seiring dengan rancunya batas antara ruang publik dan ruang privat. Kehidupan yang paling intim, sekarang menjadi penopang hidup virtual media.


Terbentuknya Hyperreallity


Dramatisasi yang dilakukan melalui alur yang penuh aksi dramatis, secara umum dikendalikan oleh rumah produksi yang membuatnya bukan lagi oleh pelaku utama yang mempunyai cerita. Akhirnya menjadi mustahil membedakan yang nyata dari yang sekedar tontonan. 

Dalam kehidupan nyata masyarakat pemirsa reality show, kejadian-kejadian nyata semakin mengambil ciri hiper-riil (hyperreal). Tidak ada lagi realitas yang ada hanyalah hiper-realitas. 
 Dampak yang dihasilkan dari hyperreality adalah adanya kepercayaan masyarakat terhadap kenyataan yang sebenarnya bukan kenyataan.

Pembodohan atas realitas ini dapat menghasilkan pola budaya yang mudah meniru (imitasi) apa yang dilihatnya sebagai sebuah kenyataan di media televisi direalisasikan dalam kehidupan keseharian, serta terbentuknya pola pikir yang serba instans, membentuk manusia yang segala sesuatunya ingin cepat saji.

Dari uraian tentang pemikiran Baudrillard diatas maka dapat diperoloeh kesimpulan sebagai berikut:
  • Manusia abad kontemporer hidup dalam dunia simulacra, didalamnya citra atau penanda atau kode atas suatu peristiwa telah menggantikan pengalaman. Zaman simulasi adalah jaman informasi dan tanda yang dikendalikan oleh models, codes dan cybernetics.
  • Obyek konsumen menata perilaku melalui suatu fungsi tanda (sign function) dalam linguistik. Iklan atau reklame telah mengambil-alih tanggungjawab moral masyarakat dan telah menggantikan moralitas puritan dengan moralitas hedonistik yang mengacu hanya kepada kesenangan saja dan menjadikannya sebagai barometer dari hypercivilization.
  • Secara ontologis, komunikasi (khususnya komunikasi massa) merupakan upaya untuk mempengaruhi masa untuk mengikuti ritual-ritual ekonomi konsumtif. Secara epistemologis, proses komunikasi merupakan simulacra. Secara aksiologis, komunikasi massa dimaksudkan agar masyarakat mengikuti irama kepentingan ekonomis-politis kapitalisme, sehingga hubungan masyarakat dicitrakan dalam budaya massa. Lanjut Baca!
Selengkapnya: 1 < 2 < 3 < 4 < Simulacra dan Realitas Semu > 7

Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.